SIAPAKAH PRIBADI PETRUS SEBENARNYA?
Sejak waktu itu Yesus mulai
menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: :Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau
suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Mat 16:21-23.
Itulah sebenarnya peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan Petrus.
Memang benar setelah pengakuannya, Petrus diangkat
dipromosikan dan memperoleh hak istimewa lebih dari pada rasul-rasul yang lain.
Memang benar Petrus adalah satu-satunya rasul yang mendapat pernyataan dari
Bapa tentang siapakah pribadi Yesus itu. Memang benar Petrus dijadikan sebagai
batu karang yang di atasnya jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan
menguasainya. Memang benar Petrus diberi kunci Kerajaan Sorga. Memang benar
Petrus memiliki otoritas paling tinggi dari semua rasul yang lain karena dia
mendapat hak utama; apa yang diikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang dilepas di dunia ini akan terlepas di sorga.
Semuanya itu memang benar,
Petrus memang memiliki semua kelebihan itu dibanding rasul-rasul yang lain.
Itulah sebabnya akan sangat beruntung bagi kita bila dapat mengetahui dan dapat
belajar, bagaimanakah dan siapakah
pribadi Petrus sebenarnya.
Walaupun Petrus memiliki segala kelebihan yang luar biasa itu, ternyata
melalui peristiwa pemberitahuan pertama tentang
penderitaan Yesus, kita dapat mengetahui bahwa: Petrus hanyalah manusia biasa! Ia tidak lebih dari yang lain, ia
dapat melakukan kesalahan, bahkan sebuah kesalahan yang nyaris fatal!
Tahukah anda kesalahan yang
nyaris fatal seperti apakah yang telah dilakukan oleh Petrus?
Ternyata kesalahan yang nyaris
fatal yang dilakukan oleh Petrus itu dimulai dari pikiran, bahwa ternyata:
Tidak semua apa yang
dipikirkan oleh Petrus itu benar!
Petrus boleh merasa bangga karena setelah pengakuannya itu ia dipuji
oleh Yesus sebagai seorang yang berbahagia. Petrus boleh merasa bangga bahwa di
atas kehidupannya, jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan menguasainya.
Petrus juga boleh merasa bangga karena ia diberi hak istimewa dan otoritas
tertinggi untuk memegang kunci Kerajaan Sorga. Dan Petrus pun boleh merasa
paling bangga karena ia dipilih untuk kelanjutan maksud penyelamatan umat
manusia setelah Yesus terangkat ke sorga.
Mungkin karena rasa bangga yang begitu besar di dalam hatinya akhirnya
membuat Petrus menjadi lengah. Kalau tadinya sebelumnya hati Petrus murni
sehingga dengan mudah Bapa menaruh pernyataan-Nya ke dalam hatinya, maka
kemudian akibat rasa bangganya yang begitu besar menjadikannya menutup tempat
bagi Bapa untuk dapat kembali menaruh pernyataan-Nya ke dalam hati Petrus.
Sebaliknya, oleh karena rasa bangganya yang begitu besar justru membuka
celah bagi Iblis untuk masuk menyelinap ke dalam pikirannya. Jadi ketika Yesus
memberitahukan untuk yang pertama kalinya tentang penderitaan-Nya, lalu Ia
dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga, Petrus tampil bagaikan seorang
pahlawan menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Mungkin sesudah Petrus berkata demikian ia merasa bangga dan yakin bahwa
sebentar lagi Yesus akan kembali memujinya seperti sebelumnya ketika ia
meyatakan pengakuan tentang siapakah Yesus itu.
Namun justru Yesus berpaling
dan berkata kepada Petrus dengan perkataan yang hanya pernah dikatakan kepada
Iblis tetapi yang sekarang ditujukan kepadanya: “Enyahlah Iblis.”
Sungguh siapa pun tidak akan menyangka bahwa Yesus dapat berkata:
Enyahlah Iblis, kepada Petrus seorang yang baru saja Ia berikan tugas dan
tanggung jawab yang sangat besar untuk Kerajaan Sorga!
Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Yesus agar rencana Allah jangan
sampai gagal! Dan memang tidak mungkin rencana Allah gagal, yang baru saja
gagal adalah Petrus.
Jika Petrus saja bisa gagal, maka ini menjadi peringatan bagi para
pemimipin gereja dan kita semua, berhati-hatilah dan jagalah hati anda, jangan
sampai ada celah buat Iblis untuk dapat masuk menyusup ke pikiran anda yang
menyebabkan anda gagal. Seperti Petrus dengan kata-kata yang terlihat rohani, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!
Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Kata-kata yang sepertinya
hendak membela Yesus, padahal hal itu justru bertentangan dengan rencana Allah.
Demikian juga dengan “para bapak gereja” yaitu para pemimpin gereja,
berhati-hatilah, jangan sampai proyek-proyek rohani yang sepertinya untuk
membela kepentingan Tuhan ternyata sudah menyeleweng dan bertentangan dengan
rencana Allah!
Yesus tahu akan hal ini dan segera Ia menyadarkan Petrus dengan
perkataan selanjutnya: “Engkau suatu batu
sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah,
melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Sekali lagi, tidak semua apa yang dipikirkan oleh Petrus itu benar!
Penulis yakin, bahwa di antara kita semua tidak ada seorang pun yang
berani mengaku lebih besar dan lebih hebat dari pada rasul Petrus. Jika, tidak
semua apa yang dipikirkan oleh Petrus itu benar, maka hal ini juga berlaku bagi
kita semua yaitu; bahwa tidak semua apa yang kita pikirkan itu benar.
Ya, tidak semua apa yang
anda pikirkan itu benar!
Berapa banyak di antara pemimpin gereja yang dengan rasa bangga berkata:
Karena Tuhan berkenan, maka pelayanan saya berhasil, karena Tuhan berkenan maka
gereja yang saya pimpin berkembang, karena Tuhan berkenan maka hidup saya
diberkati, karena Tuhan berkenan maka saya bisa memiliki ini dan itu. Dan
berbagai rasa kebanggaan yang lain dengan ungkapan: karena Tuhan berkenan.
Dengan kata lain, jika Tuhan tidak berkenan maka yang terjadi sebaliknya.
Konsep pemikiran yang
demikian seolah menganggap bahwa Tuhan berkenan itu identik dengan sukses dan
materi. Dan konsep pemikiran seperti itulah salah satu bagian dari doktrin
kemakmuran.
Mungkin ada di antara anda yang tidak
sependapat dengan penulis mengenai hal itu. Tidak mengapa, karena kita bebas
berpendapat mengenai hal apa pun, tapi harap anda bersabar sejenak, nanti
dibagian berikutnya akan dijelaskan bagaimana Alkitab menjawab hal tersebut.
Bukti bahwa apa yang dipikirkan oleh Petrus tidak semuanya benar
kemudian terjadi, hal itu dapat kita lihat ketika sebelum Yesus ditangkap,
Ia terlebih dahulu telah mengingatkan
kepada murid-murid-Nya bahwa sebentar lagi mereka semua akan tergoncang
imannya, sebab Yesus sebagai gembala akan ditangkap dan dibunuh!
Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan
tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan
kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku
akan mendahului kamu ke Galilea.
(Selagi semua murid yang lain diam, lagi-lagi Petrus dengan gagah berani
menjawab). Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak.” Mat 26:31-33. (Tulisan dalam kurung tersebut
oleh penulis).
Apa yang diucapkan oleh Petrus dapatlah dinilai sebagai kata-kata iman
atau kata-kata yang positif:
“Biarpun mereka semua
tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak.”
Tetapi kata-kata iman atau kata-kata yang positif tidaklah selalu
mendatangkan kebaikan jika tanpa disertai dengan pengertian yang benar.
Banyak pemimpin yang juga mengajar kepada jemaat untuk
mengucapkan kata-kata iman atau kata-kata yang positif, dan hasilnya banyak
orang yang terjerumus dalam kesalahan-kesalahan karena mereka mengucapkan
kata-kata iman atau kata-kata yang positif, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Seperti contoh yang sering diajarkan ke jemaat sebagai kata-kata iman atau
kata-kata yang positif berikut ini:
“Saudara engkau akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan
tetap naik dan bukan turun.”
Kata-kata semacam itulah yang seringkali membuat banyak orang terperosok
menjadi tinggi hati dan tidak mau tunduk karena menganggap dirinya sebagai
kepala bukan ekor dan berada di atas naik bukan berada di bawah turun.
Padahal Tuhan Yesus
mengajarkan sebaliknya.
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Luk 14:11.
Selain itu Yesus juga
mengajarkan sikap yang rendah hati.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Mat 11:29.
Yesus juga mengajarkan hidup
bersahaja sebagai pelayan dan menjadi hamba untuk semuanya.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang
terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Mrk 10:43-44.
Mungkin di antara anda ada yang menyanggah demikian: “Lho, bukankah
kata-kata iman atau kata-kata yang positif itu berdasarkan firman Tuhan juga,
kenapa dipersoalkan?”
Tujuan dari buku ini bukan sedang mempersoalkan atau mencari persoalan,
tetapi buku ini bertujuan untuk meluruskan hal-hal yang sudah terlanjur
menjalar begitu luas di dalam gereja dan jemaat Tuhan. Ajaran yang tidak sehat
yang sudah menjalar begitu kuat dan yang sudah tidak lagi disadari bahwa ajaran
itu sudah menyimpang dari kebenaran Kristus, karena ajaran tersebut diajarkan
tanpa pengertian yang benar.
Hal itu sama halnya seperti Petrus yang mengucapkan kata-kata
iman atau kata-kata yang positif tetapi tanpa pengertian yang benar.
Seharusnya Petrus memperhatikan
apa yang dikatakan oleh Yesus, sebab
apa yang Yesus katakan ialah dengan dasar kebenaran.
Coba anda perhatikan apa yang tidak diperhatikan oleh Petrus- yaitu
dasar kebenaran yang dikatakan oleh Yesus: “Sebab
ada tertulis.”
Itulah dasar kebenaran; seperti yang sudah ada tertulis yang merupakan
nubuatan dari Zak 13:7, yang harus digenapi oleh Yesus sesuai dengan nubuatan
tersebut. Yesus berkata; Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan
kawanan domba itu akan tercerai berai.
Penulis berusaha menulis
sesuai dengan yang ada tertulis di dalam firman Tuhan, dan penekanannya lebih
kepada “penjelasan-penjelasan” dan berusaha menghindari
“penafsiran-penafsiran”,- khususnya tulisan pada buku saya yang pertama yaitu,
topik tentang: Persepuluhan. Judul
buku tersebut adalah:
Persepuluhan
Kemajuan Atau Kemunduran? Kebenaran
Atau Kesalahan?
Bacalah ulasan kebenaran yang mengesankan dari buku tersebut di atas.
Anda akan melihat kebenaran nyata yang sebenarnya, yang sesuai seperti yang
tertulis dengan sebenarnya di ALKITAB.
Silahkan anda klik di website saya
(gratis):
persepuluhantaurat.blogspot.com
Kembali pada topik dari buku
yang anda baca sekarang ini, Alkitab adalah firman Tuhan yang merupakan satu
kesatuan yang utuh, dimulai dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu. Semua bagian dari firman Tuhan satu sama
lain saling melengkapi dan saling berhubungan, sebaliknya tidak ada bagian yang
saling bertentangan.
Sedangkan kata-kata iman: engkau akan menjadi kepala dan bukan menjadi
ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, justru bertentangan dengan;
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan
diri, ia akan ditinggikan.
Jadi kalau begitu apakah firman Tuhan itu saling bertentangan? Tentu saja tidak!
Tetapi kenapa ayat yang disebutkan di atas tadi terlihat saling
bertentangan? Inilah hal yang perlu untuk diluruskan!
Mari kita lihat bagaimana
ayat tersebut itu diluruskan sesuai dengan dasar kebenaran.
Untuk itu simaklah dari mana
ayat yang dipakai sebagai ajaran kata-kata iman itu berasal.
Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah
Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia. Ul 28:13.
Itulah dasar kata-kata iman
yang diajarkan, yang ternyata berasal dari perintah hukum Taurat!
Seharusnya tidak ada yang bertentangan karena sudah jelas, seperti telah
saya jelaskan sebelumnya dalam buku saya yang pertama, yaitu topik tentang: “Persepuluhan.”
(Anda perlu membacanya agar dapat memahami dengan lebih jelas isi
kebenaran yang sebenarnya yang tertulis di Alkitab).
Di situ
ada sebuah ayat yang sangat penting, tetapi ayat tersebut hampir tidak pernah
dibahas atau dikhotbahkan di dalam gereja, yaitu sebuah ayat yang diucapkan
sendiri oleh Tuhan Yesus. Sekarang penulis paparkan lagi karena ayat ini begitu
penting untuk difahami. Demikian bunyi ayat tersebut:
Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah
diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Luk 16:16.
(Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).
Hukum Taurat dan kitab para nabi (yang adalah isi Kitab Suci
dari perjanjian lama ternyata hanya)
berlaku
sampai kepada zaman Yohanes!
Bunyi ayat ini sudah sangat
jelas dan gamblang, dan harusnya sudah tidak perlu ditafsirkan lagi! Hukum
Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes
(maksudnya Yohanes Pembaptis), dan
sesudah itu masuk ke zaman Tuhan Yesus yang berarti sudah tidak
berlaku lagi!
Maka sekarang yang berlaku adalah hukum dari kitab perjanjian baru, yaitu hukum yang telah disempurnakan oleh
Tuhan Yesus, yakni menjadi: Hukum Kasih
yang biasa disebut; kasih karunia!
Jadi, apabila ajaran yang salah yaitu tentang kata-kata iman: “engkau akan menjadi kepala dan bukan ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun”, yang adalah berdasar dari hukum
Taurat tersebut itu tetap dipaksakan untuk diajarkan, maka Alkitab yang adalah
firman Tuhan secara keseluruhan, pasti menjadi saling bertentangan!
Coba anda perhatikan
bagaimana dahulu hukum Taurat dari kitab perjanjian lama itu diterapkan.
Jangan engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa,
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki. Ul 19:21.
Itulah perintah dan ajaran yang berlaku dalam hukum Taurat dari kitab
perjanjian lama.
Sekarang mari kita lihat apa
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Hukum Kasih dari kitab perjanjian baru.
Kamu telah mendengar fiman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi
Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi
kirimu. Mat 5:38-39.
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah
musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu. Mat 5:43-44.
Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah
musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi
orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Luk 6:27-28.
Jadi jelas bukan, bahwa
hukum Taurat dan Hukum Kasih memang saling bertentangan?!
Tetapi sebenarnya firman Tuhan
tidak ada yang bertentangan, jika ajaran yang sehat itu diajarkan dengan dasar
yang benar yaitu:
Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes. (Titik!).
Apalagi, jika kita membaca ayat berikut ini dengan pengertian yang
benar, maka penekanan pemahamannya akan menjadi semakin jelas.
Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat
dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi
satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera.
Ef 2:15. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).
Bukankah semakin jelas sekarang bahwa ajaran hukum Taurat sudah tidak
berlaku lagi, sebab dengan kematian Yesus sebagai manusia, hukum
Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah dibatalkan. Jadi
jika hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah dibatalkan,
kenapa itu harus terus diajarkan? Tentu saja bila itu masih terus diajarkan
maka firman Tuhan akan menjadi bertentangan!
Firman Tuhan adalah
kebenaran dan tidak mungkin bertentangan!
Tapi anda jangan salah faham dulu, sehingga mungkin nanti ada yang
berkomentar demikian: “Jika hukum Taurat dan kitab para nabi sudah
tidak berlaku, kalau begitu seluruh kitab perjanjian lama dibuang saja karena
sudah tidak diperlukan lagi!”
Tentu saja bukan demikian maksudnya, kalau hal itu dilakukan maka akan
menjadi semakin salah kaprah.
Hendaknya difahami, kitab perjanjian lama yang berisi hukum Taurat dan
kitab para nabi, adalah firman Tuhan dan tetap adalah firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata:
Janganlah kamu menyangka,
bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang
bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Mat 5:17.
Jelas, Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan
membatalkan, sebab dengan mati-Nya
sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan
ketentuannya! Artinya,
bagi kita yang percaya kepada Yesus, oleh kematian-Nya di kayu salib, segala
kuasa kutuk hukum Taurat telah dibatalkan, inilah penjelasannya:
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung di
kayu salib!” Gal
3:13. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).
Jadi jelas pengertiannya, Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita. Artinya sudah sangat
jelas; bagi kita yang percaya kepada
Yesus Kristus sudah tidak ada lagi kutuk hukum Taurat. Asal kita juga sudah tidak
melakukan perintah dan ketentuan hukum Taurat!
Tetapi,
hukum Taurat atau kitab para nabi itu masih tetap ada hingga sekarang, karena
Tuhan Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi.
Hanya, bagi kita yang
percaya kepada Yesus, jangan lagi hidup menurut hukum Taurat atau kitab para
nabi, yang bertentangan dengan ajaran dalam hukum kasih!
Sebab yang perlu diingat, bahwa kitab perjanjian lama yang berisi hukum
Taurat dan kitab para nabi, penekanannya ialah bagi setiap orang agar ia
dibenarkan, maka ia harus melakukan atau berbuat menurut perintah firman Tuhan!
Jadi ukurannya adalah; perbuatan!
Kalau seseorang perbuatannya melakukan sesuai perintah firman Tuhan maka
ia dibenarkan, tetapi jika ia tidak melakukan atau melanggar perintah firman
Tuhan maka ia bersalah dan berdosa. Dan terbukti, tidak ada seorang pun yang
dibenarkan karena semua orang telah melanggar perintah firman Tuhan sehingga
gagal dan jatuh ke dalam dosa! (Rm 3:23, Gal 2:16).
Kemudian Tuhan menyatakan belas kasihan dan menetapkan rancangan
keselamatan bagi umat-Nya yaitu segenap manusia. Karena sebelumnya, melalui
para nabi, Tuhan memberikan nubuatan bahwa akan lahir Mesias sebagai
Juruselamat, yang kemudian akhirnya digenapi oleh Yesus Kristus.
Era baru telah datang! Era di mana hukum dan perintah Tuhan dalam
perjanjian lama, yang tidak ada seorang pun yang dapat melakukannya, sekarang
telah digenapi oleh Yesus Kristus.
Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran
diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Rm 10:4.
Penggenapannya; bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci.
Sebab yang sangat penting telah
kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. 1 Kor 15:3.
Era baru dalam perjanjian baru oleh Yesus Kristus telah datang! Bila
menurut perjanjian lama, manusia dibenarkan oleh perbuatannya, seperti ayat di
bawah ini;
Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku.
Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah Tuhan. Im 18:5.
Bandingkan Gal 3:12; Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan
siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.
Maka menurut perjanjian baru justru sebaliknya; manusia dibenarkan
karena iman!!! Bukan lagi karena perbuatannya, melainkan oleh kasih karunia
karena penebusan dalam Kristus Yesus, setiap orang yang percaya telah
dibenarkan dengan cuma-cuma!!! Itu bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian
Allah!!!
Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan
karena melakukan hukum Taurat. Rm 3:28.
Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus. Rm 3:24.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah. Ef 2:8.
Jadi jika demikian bagaimana
cara memahami firman Tuhan secara utuh dan benar dalam penerapannya atau untuk
melakukannya?
Telah disinggung sebelumnya,
banyak bagian dalam hukum Taurat yang ditulis dalam kitab perjanjian lama,
bertentangan dengan ajaran dari kitab perjanjian baru. Demikian juga banyak
bagian ajaran dari kitab para nabi yang juga ditulis dalam kitab perjanjian
lama, yang juga bertentangan dengan
ajaran dari kitab perjanjian baru.
Berikut beberapa contoh mengenai hal-hal yang bertentangan dari kitab
perjanjian lama, dibandingkan dengan kitab perjanjian baru, yaitu tentang
“membalas” dan “mengutuk”.
Simson membalas kepada
orang-orang Filistin.
Lalu berkatalah Simson kepada mereka: “Jika kamu berbuat demikian,
sesungguhnya aku takkan berhenti sebelum aku membalaskannya kepada kamu.” Hak 15:7.
Yosua dan bangsa Israel
membalas dendam kepada musuhnya.
Maka berhentilah matahari dan
bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada
musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari
tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari
penuh. Yos 10:13.
Saul membalas dendam
terhadap musuhnya sambil mengajak rakyat mengucapkan kutuk.
Ketika orang-orang Israel
terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya:
“Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum
aku membalas dendam terhadap musuhku.” Sebab itu tidak ada seorang pun dari
rakyat yang memakan sesuatu. 1 Sam 14:24.
Daud yang karena merasa
dituduh dan difitnah, menjadi tega membalas kepada mereka melalui “doanya” agar
Tuhan membalaskan sakit hatinya.
Ia cinta kepada kutuk- biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka
kepada berkat- biarlah itu menjauh dari padanya. Ia memakai kutuk sebagai
bajunya- biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak
ke dalam tulang-tulangnya; biarlah itu baginya seperti pakaian yang
dikenakannya, sebagai ikat pinggang yang senantiasa dipakainya.
Biarlah semuanya itu dari pihak Tuhan menjadi upah orang yang mendakwa
aku, dan upah orang-orang yang berkata-kata jahat terhadap aku. Mzm 109:17-20.
(Sebenarnya masih banyak kata-kata kutukan yang diucapkan oleh Daud, bacalah
Mazmur109 seluruhnya maka akan jelas).
Nabi Elisa mengutuk
anak-anak yang mengatainya botak, botak, sehingga akhirnya empat puluh dua anak
dicabik-cabik oleh dua ekor beruang!
Elisa pergi dari sana
ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu
mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: “Naiklah botak, naiklah botak!”
Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka,
dikutukinyalah mereka demi nama Tuhan. Maka keluarlah dua ekor beruang dari
hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak. 2 Raj 2:23-24.
Itulah contoh perihal; membalas dan mengutuk, yang dahulu dilakukan pada
masa perjanjian lama! Tetapi sekarang pada masa perjanjian baru tidak berlaku
demikian!
Pada masa sekarang
dalam perjanjian baru berlaku hukum yang diperbaharui! Hukum dalam kitab
perjanjian lama diperbaharui yaitu diperbaharui dalam kitab perjanjian baru;
menjadi Hukum Kasih yang disebut kasih karunia. Setiap orang “yang hidup” yang
percaya kepada Tuhan Yesus berlaku hukum kasih dan wajib mengikuti teladan
Tuhan Yesus.
Lihatlah bagaimana Tuhan
Yesus menerapkan hukum kasih dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan
(Rm 12:17), walaupun Ia hendak dihukum mati.
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan
mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya
kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 1 Pet 2:23.
Stefanus mengikuti jejak
Tuhan Yesus, ketika ia sedang dilempari dengan batu hingga akhirnya mati, ia
tidak membalas, malah berdoa agar dosa ini jangan ditanggungkan kepada mereka
yang menganiayanya.
Sedang mereka melemparinya
Stefanus berdoa: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah
tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggalah ia.
Kis 7:59-60.
Mengapa Tuhan Yesus, Stefanus dan kita yang percaya diajar untuk tidak
membalas?
Jawabnya: Pembalasan adalah
hak Tuhan.
Sebab kita mengenal Dia yang berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah
yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.” Ibr
10:30.
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut
pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis:
Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman
Tuhan. Rm 12:19.
Mengenai mengutuk bagaimana?
Kita yang percaya kepada
Tuhan Yesus dan mau melakukan firman-Nya, diajar untuk tidak mengutuk.
Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang
mencaci kamu. Luk 6:28.
Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
Rm 12:14.
Bukankah sekarang menjadi
semakin jelas mengapa; Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada
zaman Yohanes?
Karena kalau hukum Taurat
dan kitab para nabi masih berlaku, maka Alkitab secara keseluruhan menjadi
bertentangan! Sebab banyak bagian dari hukum Taurat dan kitab para nabi dari
perjanjian lama, yang bertentangan dengan Hukum Kasih dari perjanjian baru!
Tetapi kitab perjanjian
lama adalah firman Tuhan dan tetap adalah firman Tuhan, jadi bagaimana cara
menggunakannya?
Sederhana, dasar yang digunakan- baik untuk diterapkan dalam kehidupan
untuk dilakukan sendiri, maupun dasar untuk mengajar kebenaran firman Tuhan kepada
orang lain, hendaknya didahului dengan dasar menggunakan kitab perjanjian baru.
Dengan demikian, untuk setiap hal dari perjanjian lama yang bertentangan dengan
kitab perjanjian baru, jangan lagi diajarkan karena pasti sudah tidak berlaku.
Kecuali, diajarkan hanya untuk memperingatkan, bahwa hal-hal yang bertentangan
tersebut sudah tidak berlaku agar tidak dilakukan lagi!
Berarti bila sudah bertentangan dan sudah tidak berlaku, pasti tidak
membawa kepada kebenaran, sebaliknya pasti berakibat membawa pada kesalahan!
Cara menggunakan kitab perjanjian
lama, terlebih dahulu didasari dengan menggunakan kitab perjanjian baru. Dan
apabila ada bagian dari kitab perjanjian baru yang berkaitan dengan bagian dari
kitab perjanjian lama, maka bisa digunakan sebagai referensi, sebagai penguat
dari dasar yang diajarkan.
Untuk bagian yang bertentangan, mengapa hal itu bisa bertentangan? Hal
tersebut bisa dijelaskan kepada mereka yang sedang diajar melalui penjelasaan
sesuai dengan Luk 16:16;
Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku
sampai kepada zaman Yohanes.
Ingatlah betapa jelasnya
penjelasan rasul Paulus perihal; hukum Taurat yang bertentangan, berseberangan,
yang tegasnya adalah: hukum Taurat
berlawanan dengan kasih karunia!
Aku tidak menolak kasih karunia
Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah
kematian Kristus. Gal 2:21.
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Gal 5:4.
Juga ajaran Tuhan Yesus yang “mematahkan” hukum Taurat dan kitab
para nabi tentang: “membalas dan
mengutuk” menjadi tidak berlaku lagi!
Tetapi kepada kamu yang
mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang
yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah
bagi orang yang mencaci kamu. Luk 6:27-28.
Dengan menggunakan cara
demikian; yaitu, hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman
Yohanes, maka pastilah tidak ada bagian dari firman Tuhan yang saling
bertentangan!
Tetapi jika para pemimpin masih
bersikeras dengan menggunakan paradigma yang lama dan terus mengajarkan dengan
tanpa pengertian yang benar, maka pasti firman Tuhan akan saling bertentangan,
karena dasar yang diajarkan salah, sebab apa yang diajarkan itu tanpa
pengertian yang benar!
Apa yang terjadi sekarang ini tampak dengan begitu jelas membuktikan,
bahwa ajaran yang salah ini memang sudah menjalar begitu kuat di dalam gereja
dan di dalam kehidupan orang-orang percaya. Bahkan justru terlihat sangat
mencolok kepada mereka yang menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan, mereka tampil
benar-benar menjadi “kepala dan bukan ekor”, mereka tampil benar-benar berada
“di atas naik dan bukan di bawah turun”. Mereka tampil dengan sikap yang penuh
kebanggaan, bahkan tidak jarang terlihat sangat arogan! Hal ini membuktikan
bahwa cara memahami kitab perjanjian lama itu benar-benar tanpa pengertian yang
benar!
Lihatlah bagaimana Tuhan
Yesus mengajarkan; bukan saja supaya kita menjadi rendah hati, tetapi bagi
mereka yang mau menjadi hamba; bersikaplah sebagai “hamba yang tidak berguna!”
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan yang ditugaskan
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna;
kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. Luk 17:10.
Hendaknya paradigma yang lama kita buang, dan marilah kita memakai
paradigma yang baru.
Oleh karena Ia
berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai
perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang,
telah dekat kepada kemusnahannya. Ibr 8:13. (Penekanan pada huruf
dalam ayat tersebut oleh penulis).
Bukankah yang pertama, yaitu
kitab perjanjian lama, sebagai perjanjian yang telah menjadi tua? Dan apa yang
telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.
Bukankah hukum Taurat dan kitab para
nabi hanya berlaku sampai kepada zaman Yohanes?
Yesus tahu bahwa jawaban Petrus salah karena
tanpa pengertian yang benar, lalu Ia hendak mengingatkan kembali dengan berkata
kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam
berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Mat 26:34).
Maksud Yesus bertujuan menyadarkan Petrus, tetapi rupanya Petrus tetap
bersikukuh dengan pengertiannya yang salah, bahkan semakin nekat saja sambil
menyatakan berani mati bersama Yesus dan takkan menyangkal Dia.
Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau,
aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga.
Mat 26:35.
Betapa ngototnya Petrus mempertahankan
kesalahannya sehingga menimbulkan akibat terjadinya kesalahan-kesalahan yang
lain.