Selasa, 27 Mei 2014

DAFTAR ISI


 
Penghargaan

Kata Pengantar

Bab 1 : Pola Dan Strategi

Bab 2 : Petrus Bapak Gereja Yang Pertama

Bab 3 : Siapakah Pribadi Petrus Sebenarnya?

Bab 4 : Kesalahan Petrus Menyeret Orang Lain

Bab 5 : Menebarkan Injil Menjala Manusia Itu Mudah

Bab 6 : Belajar Seperti Petrus Menuju Kedewasaan Dan Kesempurnaan

Bab 7 : Melepas Kehendak Sendiri Mengikuti Kehendak Tuhan

Bab 8 : Jadilah Orang Pilihan

Bab 9 : Awas! Kekayaan Sebagai Suatu Jerat

Bab 10: Belajar Dari Kesalahan Petrus

Bab 11: Kesimpulan / Ringkasan

Bab 12: (Penutup) Pilihan di Tangan Anda

Tentang Penulis

Selasa, 22 April 2014

PENGHARGAAN




       Buku ini kupersembahkan kepada Pribadi yang telah memulai segala sesuatu, yaitu: Tuhanku Yesus Kristus.

       Dengan selesainya buku kedua ini, tentu akan ada daftar nama yang cukup panjang yang kepadanya saya mesti menyatakan penghargaan.

       Sehubungan dengan hal tersebut, saya memberanikan diri untuk tidak menyebutkan nama-nama mereka, karena justru saya kuatir kalau nanti ada nama yang terlewatkan untuk disebutkan. Jadi ijinkan dalam kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua orang, yaitu kepada anda yang pernah, setidak-tidaknya yang pernah berbincang-bincang dengan saya tentang topik dari buku yang saya tulis.

       Namun demikian secara khusus kepada anda, yaitu kepada anda yang saat ini sedang membaca buku ini, siapa pun diri anda, saya juga memberikan penghargaan secara khusus kepada anda. Terlebih kepada anda yang bersikap kritis dan memiliki wawasan terbuka dalam menyikapi sebuah pandangan, walaupun pandangan tersebut bagi anda sebelumnya mungkin tidak sama dengan pandangan yang disampaikan.

       Sikap yang terbuka, menjadikan hati seseorang menjadi semakin lebih luas untuk dapat menerima dan menampung hal-hal yang baru, yang baik dan yang berguna untuk diterapkan dalam kehidupannya.

       Batas penghargaan yang saya berikan, hanya sebatas berhenti sampai kepada orang terakhir yang membaca buku ini, sejauh buku ini masih bisa dibaca.

       Akhir kata, semoga hidup kita menjadi semakin berharga, sehingga kita dapat memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dia, juruselamat kita Tuhan Yesus Kristus, yang menjadikan hidup kita berharga. Amin.


      

KATA PENGANTAR



   

       Sebenarnya buku yang kedua ini; Doktrin Kemakmuran: Kemajuan atau Kemunduran? Kebenaran atau Kesalahan? Awalnya adalah bagian dari buku saya yang pertama, yaitu; Persepuluhan: Kemajuan atau Kemunduran? Kebenaran atau Kesalahan?

            Di mana awalnya saya menulis sebuah buku dengan dua topik tersebut, menjadi satu isi di dalam sebuah buku. Kemudian setelah diskusi dengan beberapa teman, disarankan agar dipisah menjadi dua buku, yang masing-masing dengan topik tersendiri, maka akhirnya jadilah dua buku tersebut, seperti salah satunya yang sedang anda baca ini.

            Memang dengan menjadi dua buku hasilnya jadi lebih menarik, karena isinya jadi lebih mudah difahami dan terasa lebih fokus serta lebih berisi, disamping itu menjadi lebih menarik minat baca sebab bukunya jadi tidak terlalu tebal.

            Sebagaimana buku saya yang pertama, buku kedua ini juga mengungkap kebenaran-kebenaran yang tertulis di Alkitab. Bahkan ada sebuah tantangan yang sangat mendesak, untuk kita dapat memahami, bahwa: Alkitab yang adalah firman Tuhan, secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisahkan. Maksudnya, Alkitab yang adalah firman Tuhan, isinya saling berhubungan dan saling melengkapi dan tidak ada bagian yang saling bertentangan.

            Namun sering tanpa disadari, selama ini banyak ajaran yang salah karena dilakukan tanpa pengertian yang benar, yang menjadikan firman Tuhan secara keseluruhan akhirnya menjadi saling bertentangan! Hal itu saya tuliskan dalam buku ini di Bab 3, berdasarkan dari ucapan Tuhan Yesus: Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes. Tentu saja penjelasan untuk hal tersebut dalam buku ini dengan disertai bukti-bukti dari ayat-ayat yang tertulis di Alkitab, sehingga mudah untuk dipelajari.

            Selain itu ada hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu; bagaimana kita dapat belajar tentang karakter yang diubahkan. Seperti Petrus, yang saya jadikan sebagai tokoh sentral dalam buku ini, sebagai manusia biasa ia begitu labil, sehingga seringkali ia melakukan kesalahan-kesalahan. Namun kemudian akhirnya kita dapat melihat, bagaimana perjalanan hidup Petrus diubahkan, dari seorang manusia biasa yang lemah akhirnya tahap demi tahap dapat berjalan menuju kepada kedewasaan dan kesempurnaan!

            Petrus yang dijadikan oleh Tuhan Yesus sebagai batu karang, yang di atasnya jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan menguasainya, adalah pribadi yang dipakai oleh Tuhan untuk membongkar, bahwa: doktrin kemakmuran itu salah, karena bertentangan dengan ajaran yang tertulis di Alkitab!

            Dengan tetap membuka diri, saya mengharapkan untuk menerima: koreksi, masukan, pendapat, saran maupun kritik demi perbaikan dari isi buku ini.

BAB 1


POLA DAN STRATEGI


               Membahas tentang doktrin kemakmuran, adalah seperti menggali sebuah topik yang tidak pernah ada habisnya. Namun demikian jarang ada gereja ataupun hamba Tuhan yang mau berterus terang bahwa ajaran yang diajarkannya itu merupakan suatu doktrin kemakmuran. Tentu saja hal itu untuk menghindari supaya jangan sampai timbul tudingan miring bahwa gereja ataupun hamba Tuhan tersebut dianggap matre.

       Hal itu wajar karena gereja sebagai lembaga pembinaan rohani dan hamba Tuhan sebagai pelayan Tuhan, jangan sampai dituduh dalam penerapan ajarannya berorientasi atau arah tujuannya lebih kepada hal-hal yang bersifat materi.

       Lalu kenapa kemudian sampai muncul sebutan atau ungkapan doktrin kemakmuran?

       Hal ini sangat menarik untuk dicermati, kenapa sampai kemudian muncul sebutan atau ungkapan doktrin kemakmuran.

       Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula dinamika di dalam organisasi gereja. Sedangkan di Indonesia sendiri gereja terbagi dalam beberapa sinode yang jumlahnya mencapai puluhan sinode, yang masing-masing sinode memiliki anggaran dasar atau anggaran rumah tangga sendiri-sendiri.

       Di dalam masing-masing sinode itu biasanya ada gereja pusat dan gereja cabang. Sinode-sinode itu sendiri keadaan organisasinya bervariatif, ada yang masih kecil, ada yang sedang, dan ada yang sudah berkembang menjadi besar.

       Bagi organisasi gereja yang sinodenya sudah berkembang menjadi besar, sinode tersebut memiliki gereja dalam jumlah yang banyak dan bisa tersebar ke hampir atau ke seluruh pelosok wilayah di Indonesia, bahkan ada yang memiliki cabang di luar negri.

       Menariknya antar gereja yang satu dengan gereja yang lain bisa terjadi adanya semacam persaingan dalam usaha, khususnya dalam hal untuk menambah jumlah jemaat. Untuk itu para pemimpinnya berupaya mencari cara dan strategi untuk pola yang dikembangkan.

       Ada gereja yang mengembangkan di dalam pola ibadah atau pola kebaktian, yang lebih menekankan pada musik dan pujian. Ada yang lebih menekankan pada doa dan penyembahan. Ada yang lebih pada materi pengajaran firman Tuhan. Atau ada yang mengkombinasikan semuanya agar seimbang. Ada pula yang menekankan pada karunia-karunia Roh Kudus yaitu karunia mujizat kesembuhan, karunia nubuatan, karunia penglihatan, karunia berbahasa Roh, dan seterusnya. Ada pula yang dengan minyak urapan, dan ada pula yang dalam kebaktian disertai altar call dan tumpang tangan.

       Begitulah berbagai pola yang berkembang di gereja-gereja, walaupun dari sinode-sinode gereja yang bersangkutan telah dibuat kebijakan atau aturan-aturan dasar dalam ibadah atau kebaktian, tetapi belum tentu pola ibadah atau kebaktian dari sebuah sinode dalam hal kebaktian mulai dari gereja pusat hingga ke cabang-cabang semuanya bisa sama seragam.

       Bagi sebuah organisasi kerohanian tentu hal-hal demikian masih dianggap wajar sejauh itu semua tidak melanggar aturan-aturan dasar organisasinya. Sebab seorang pemimpin gereja lokal tentu ingin menyesuaikan dan menerapkan pola-pola yang dianggap tepat untuk memenuhi kebutuhan rohani jemaatnya.

       Bahkan seperti gereja katolik yang dikenal sebagai sebuah organisasi gereja yang terpusat, karena hanya ada satu organisasi gereja katolik di seluruh dunia dan itu berpusat di kota Roma, Itali, juga mengembangkan pola dalam ajarannya. Seperti di Indonesia terjadi gerakan yang disebut gerakan katolik karismatik yaitu gerakan pembaharuan bagi umat katolik untuk menerima karunia-karunia Roh Kudus seperti salah satunya karunia berbahasa roh.

       Disamping itu selain pola yang dikembangkan masih ada satu hal lagi yang juga dikembangkan yaitu: Strategi.

       Namun sebelum masuk pada bagian dari strategi, sebenarnya disadari atau tidak, bahwa di dalam pola yang telah dikembangkan tersebut sudah termasuk dalam bagian strategi, hanya strateginya lebih bersifat “ke dalam”. Contoh; dengan dikemasnya pola di dalam ibadah yang sedemikian rupa, tujuannya ialah agar membuat jemaat yang hadir menjadi lebih kerasan, lebih bertumbuh, lebih setia, sehingga akhirnya jemaat akan tetap terus bertahan dan setia.

       Bagi pemimpin yang jeli, strategi ke dalam ini akan membuahkan keuntungan yang tak ternilai karena jemaat yang bertumbuh dan yang setia adalah aset yang berharga dan berpotensi untuk dimuridkan, yang nantinya dapat dilibatkan dalam pelayanan.

       Bagaimana dengan strategi ke luar atau yang berdampak ke luar? Mari kita mulai melihat strategi yang bisa berdampak ke luar lebih dahulu.

       Gereja yang memprogram jadwal khotbah dengan mengundang pembicara tamu, apalagi pembicara tamu yang sudah cukup terkenal, selain menyegarkan rohani jemaat, juga dapat menimbulkan dampak keluar yaitu mendorong rasa antusias jemaat untuk mengajak orang lain agar ikut hadir dalam kebaktian. Ini semacam promosi, dengan mengundang pembicara yang sudah cukup terkenal membuat respon jemaat ikut mempromosikan dengan mengajak orang lain untuk ikut hadir dalam acara kebaktian tersebut.

       Juga program mengadakan doa ucapan syukur keliling atau kelompok sel (komsel) di rumah-rumah jemaat secara bergantian, merupakan strategi yang berdampak ke luar. Karena selain menumbuhkan iman, keakraban dalam kebersamaan, dan mendewasakan rohani jemaat, juga dapat menjangkau jiwa melalui acara doa ucapan syukur keliling tersebut. Karena masing-masing anggota jemaat tentu memiliki keluarga, tetangga, atau komunitas yang berbeda.

       Bagi anggota jemaat yang sedang berketempatan acara tersebut di rumahnya, di mana jika ada anggota keluarganya yang belum diselamatkan, dan juga tetangga akrab sekitar rumah, serta sahabat dan teman baik, dapat diundang untuk ikut hadir sehingga mereka dapat dijangkau dan dimenangkan, kemudian di follow up lalu selanjutnya diajak ke gereja, di gembalakan. Dengan demikian jumlah jemaat akan semakin terus bertambah.

       Lalu bagaimana dengan strategi ke luar atau strategi yang langsung ke luar?

       Untuk strategi yang langsung ke luar ini tidak semua gereja dan tidak semua hamba Tuhan dapat melakukan.

       Biasanya yang dapat melakukan hanya gereja-gereja yang sudah berkembang dan menjadi besar. Karena untuk melaksanakan strategi ke luar tersebut perlu didukung dengan dana yang cukup besar dan kemampuan seorang hamba Tuhan yang cakap, yaitu melalui kebaktian-kebaktian kebangunan rohani (kkr) dan melalui seminar-seminar.

       Tujuan strategi ke luar ini selain untuk melebarkan sayap pelayanan, tentu juga untuk mengembangkan pengaruh gereja yang dipimpinnya agar gerejanya berkembang menjadi semakin besar.

       Untuk hal tersebut, agar dapat dibedakan penulis pisahkan menjadi dua.

       Yang pertama, memang ada hamba-hamba Tuhan yang mengadakan kkr atau seminar yang tujuannya bukan untuk kepentingan pribadi atau gerejanya, tetapi tujuannya untuk memberkati semua orang. Hal-hal yang lebih yang mereka miliki, baik itu berupa karunia mujizat kesembuhan atau karunia-karunia yang lain maupun pengetahuan yang dalam tentang rahasia-rahasia firman Tuhan atau pengalaman-pengalaman melalui kesaksian-kesaksian, mereka bagikan agar memberkati semua orang, termasuk hamba-hamba Tuhan yang lain dan juga gereja-gereja.

       Yang kedua, ada hamba-hamba Tuhan yang mengadakan kkr atau seminar yang memang orientasinya bertujuan untuk kepentingan meningkatkan pengaruh pelayanannya, juga sekaligus untuk mengembangkan gerejanya, walaupun hal ini tentu tidak diakui secara terang-terangan.

       Tanda-tanda yang terlihat dari mereka yang melakukan hal yang demikian, ketika mengadakan kkr selalu disertai altar call, bagi yang bertobat atau yang mau didoakan mereka disuruh maju ke depan. Pada waktu mereka maju ke depan, tim dari panitia yang sudah dipersiapkan akan menyambut mendampingi orang-orang yang maju ke depan tersebut, lalu setelah didoakan, satu persatu dicatat nama, alamat, dan nomer teleponnya dengan alasan agar bisa di follow up. Dan memang benar beberapa hari kemudian orang-orang tersebut dihubungi untuk diajak bergabung di gerejanya.

       Ini strategi yang langsung ke luar untuk menambah jumlah jemaat, tapi sayang dengan cara memindahkan jemaat dari gereja yang lain ke gerejanya. Karena pada umumnya orang-orang yang pergi ikut acara kkr adalah orang-orang yang sudah bergereja. Makanya yang begini sering mengakibatkan terjadinya gesekan antara hamba Tuhan yang satu dengan hamba Tuhan yang lain.

       Mestinya yang benar, strategi langsung ke luar itu dengan cara mempersiapkan jemaat dengan melatihnya agar jemaat bisa bersaksi ke luar dan hasilnya membawa masuk jiwa yang baru ke dalam gereja!

       Berikut ini strategi melalui seminar yang digunakan untuk mengembangkan gereja yang sudah besar.

       Sebuah gereja yang besar dan terus berkembang tentu memiliki pengaruh yang cukup besar pula bagi gereja-gereja yang lebih kecil dan ingin berkembang. Ketika gereja yang sudah besar seperti itu mengadakan sebuah seminar dengan tema: “Pertumbuhan Gereja” atau semacamnya, dengan menghadirkan para pembicara terkenal baik dari dalam maupun dari luar negri, maka akan membuat hamba-hamba Tuhan dari gereja-gereja yang lain dan banyak orang ingin menghadiri acara tersebut.

       Apalagi secara terbuka acara tersebut dikumandangkan dengan gencar melalui iklan dan promosi-promosi lainnya dan itu gaungnya terdengar hingga ke pelosok nusantara, sehingga peserta seminar ini berdatangan dari berbagai daerah hingga dari luar pulau atau luar daerah. Sebuah acara seminar yang besar dan ditangani secara profesional, baik dalam persiapan maupun pelaksanaan, hingga penanganan peserta dengan kebutuhan akomodasi penginapan semuanya dipersiapkan. Semua peserta seminar di data melalui proses registrasi atau pendaftaran peserta agar nanti bisa di follow up. Bagi peserta dari tempat-tempat yang jauh didukung bantuan transportasi sekaligus penginapan.

       Acara pun siap digelar, harapan peserta khususnya para hamba Tuhan sudah tidak sabar mendengarkan bagaimana langkah-langkah terobosan tentang “Pertumbuhan Gereja” dibentangkan.

       Akhirnya acara seminar dimulai dan berlangsung selama beberapa hari dengan dihadiri oleh ribuan orang. Suasana yang begitu riuh penuh sorak menambah gempita yang membahana berkepanjangan.

       Tetapi kenyataannya acara seminar tentang “Pertumbuhan Gereja” tersebut ternyata tidak banyak mengupas tentang seluk beluk pertumbuhan gereja. Justru para pembicara yang terkenal itu berkhotbah seperti dalam sebuah acara kkr yang penuh dengan suasana gegap gempita di mana sambutan tepuk tangan yang merebak terus bergema.

       Namun paling tidak semua peserta seminar termasuk para hamba-hamba Tuhan sudah merasa cukup puas karena telah melihat dan mendengar para pembicara yang hebat-hebat itu.

       Tetapi seminar tersebut bukan tanpa tujuan. Bagi gereja penyelenggara seminar, mereka sudah banyak mengeluarkan biaya untuk semua itu, mereka juga ingin menuai hasilnya. Jadi setelah acara seminar usai digelar, beberapa waktu kemudian ada gereja-gereja peserta seminar dihubungi dan ditanya bagaimana kesan mereka terhadap acara tersebut, apakah mereka diberkati?

       Tentu saja rata-rata menjawab cukup puas dan diberkati. Selanjutnya jurus pembuka digunakan dalam bentuk pertanyaan seolah menaruh peduli kepada gereja-gereja peserta seminar, apakah ada di antara gereja-gereja peserta seminar yang selama ini mengalami kesulitan dalam program pertumbuhan gereja atau mengalami kesulitan lainnya?

       Itu adalah jurus pertanyaan yang cerdik, karena program pertumbuhan gereja memang merupakan problem bagi banyak gereja. Rupanya dengan pertanyaan tersebut berhasil menjaring sasaran karena memang tidak sedikit gereja-gereja yang sedang mengalami kesulitan semacam itu.

       Maka kemudian jurus pamungkas digunakan yaitu dengan jurus menawarkan kepada mereka yang sedang menghadapi kesulitan, apakah mau bergabung dibawah payung organisasi gereja penyelenggara seminar tersebut? Dengan suatu negosiasi yang halus akhirnya beberapa gereja ikut bergabung.

       Ini seperti kata pepatah: “Memancing ikan di air keruh.”

       Oh bukan memancing, tepatnya- menangkap ikan di air keruh, sebab, ikan di air keruh tidak dapat dipancing, tapi- ikan di air keruh dapat dengan mudah ditangkap!

       Strategi seminar semacam itu perlu dipaparkan sebagai contoh karena memang ada beberapa seminar, supaya tidak dianggap berlebihan penulis tuliskan; ada beberapa seminar yang semacam itu, mengakibatkan beberapa sinode kehilangan beberapa anak cabang gerejanya. Dan menyebabkan mereka protes dan melaporkan peristiwa tersebut kepada badan gereja yang lebih tinggi.

       Memang tidak semua peristiwa berpindahnya suatu gereja ke sinode gereja yang lain semata-mata akibat karena adanya seminar yang semacam itu. Tetapi banyak hal yang lebih kompleks yang bisa menyebabkan terjadinya berpindahnya suatu gereja ke sinode gereja yang lain.

       Namun bagi gereja penyelenggara seminar, mereka telah mencapai tujuannya, mereka bukan lagi berhitung berapa jumlah jiwa yang berhasil dituai, tetapi berapa banyak anak cabang dari gereja lain yang berhasil dicaplok. Selain itu, belum lagi peserta aktivis dari gereja lain yang potensial, yang juga berhasil direkrut.

       Tetapi dalam hal ini tidak banyak hamba Tuhan yang mengetahui atau menyadari akan hal itu. Pandangan mereka tetap menganggap bahwa pemimpin yang sudah berhasil mengembangkan gerejanya tersebut dianggap sebagai potret keberhasilan.

       Itulah salah satu dinamika berkembangnya organisasi gereja pada masa kini.

       Kenapa hal itu perlu dipaparkan dan apa hubungannya dengan doktrin kemakmuran?

       Sebenarnya doktrin kemakmuran tidak bersangkut paut dengan sebuah sinode atau sebuah organisasi gereja. Lebih tepatnya doktrin kemakmuran itu berkaitan langsung dengan pribadi-pribadi atau orang-orang, yaitu dari sebagian para pemimpin gereja yang berpengaruh karena berhasil mengembangkan gerejanya.

       Logika ini mudah difahami, pada umumnya jika seorang pemimpin berhasil mengembangkan pelayanan dan mengembangkan gerejanya, maka ada bagian yang secara otomatis mengikuti dari buah keberhasilannya, yaitu hidupnya menjadi makmur.

       Maka potret kemakmuran itu membawa dampak yang cukup besar bagi pemimpin-pemimpin gereja yang lain. Karena mereka sudah melihat buktinya bahwa gereja tersebut berkembang menjadi semakin besar dan tampak jelas pemimpinnya diberkati semakin makmur.

       Makanya tidak sedikit para pemimpin gereja yang lain berusaha meniru ingin mengikuti jalur kesuksesan yang menggiurkan itu.

       Seorang pemimpin yang sudah dianggap sukses dan hidupnya terlihat makmur ingin menunjukkan kepada yang melihatnya, bahwa dalam pelayanannya Tuhan telah berkenan, sehingga gerejanya diberkati dan hidupnya diberkati berkelimpahan.

       Lalu mulailah dalam khotbahnya penekanan pencitraan diri dan doktrin kemakmuran disampaikan: “Saudara percayalah, Tuhan memberkati kita semua, kalau saya diberkati saudara semua juga pasti diberkati. Tuhan akan mengangkat saudara menjadi kepala dan bukan ekor, saudara akan tetap naik dan bukan turun. Seluruh aspek kehidupan saudara diberkati Tuhan, yang miskin jadi kaya, yang cuma punya sepeda akan menjadi punya sepeda motor, yang punya sepeda motor menjadi punya mobil, yang rumahnya kontrak akan memiliki rumah sendiri, yang punya toko satu atau punya pabrik satu nanti akan bertambah, sebab janji Tuhan ya dan amin. Saudara semua akan diberkati sampai berkelimpahan…!”

       Lalu terdengarlah suara tepuk tangan yang bergemuruh membahana beberapa saat lamanya.

       Kemudian khotbah pencitraan diri dilanjutkan sambil menanamkan pengaruh doktrin kemakmuran: “Saudara, Tuhan kita Yesus Kristus adalah Tuhan yang kaya tetapi Ia rela menjadi miskin supaya kita yang miskin menjadi kaya. Saya dahulu miskin tapi Tuhan memberkati sehingga sekarang menjadi kaya. Jadi saya tahu kekayaan itu datangnya dari Tuhan. Maka ketika saya membangun gereja, semua harta saya jual dan uangnya saya taburkan untuk membangun gereja, saya menabur, menabur dan terus menabur, juga banyak orang-orang lain ikut menabur, sampai akhirnya gereja selesai dibangun. Saudara saya bersaksi, saya menabur semua harta saya tetapi saya tidak menjadi miskin, malahan sekarang saya menjadi semakin bertambah kaya!”

       Kembali terdengar suara gemuruh tepuk tangan dari jemaat yang semakin antusias. Rupanya doktrin kemakmuran alias khotbah yang isinya tentang berkat dan kemakmuran ini semakin menancap di hati jemaat.

       Tinggal sekarang waktunya si pemimpin menuai: “Jadi saudara-saudara, jangan takut untuk menabur, ayo menabur berikan persembahan persepuluhan, menaburlah dengan “janji iman”, menabur untuk pembangunan gereja, menabur untuk diakonia, menaburlah untuk pekerjaan Tuhan. Menaburlah, biji yang satu biji akan tetap tinggal satu biji kalau tidak ditaburkan, tapi kalau ditaburkan biji itu memang akan mati, tapi setelah itu akan tumbuh tunas dan akhirnya menghasilkan buah yang banyak!”

       Maka khotbah dengan muatan doktrin kemakmuran tersebut berhasil mempengaruhi hati jemaat dan hasilnya banyak taburan yang mengalir, pundi-pundi gereja makin bertambah dan si pemimpin menjadi semakin bertambah kaya dan makmur.

       Khotbah semacam itu sekarang ini begitu ngetrend, digemari dan banyak ditiru oleh pemimpin-pemimpin gereja yang lain. Setiap ayat-ayat yang berbicara tentang berkat dapat menjadi modal untuk bahan khotbah dengan muatan doktrin kemakmuran.

       Pertanyaannya; kenapa khotbah bermuatan berkat sebagai landasan doktrin kemakmuran itu begitu digandrungi baik oleh pengkhotbah maupun oleh jemaat?

       Karena, kalau bagi si pengkhotbah, tentu ia merasa seolah-olah sudah tampil sebagai seorang pahlawan yang menjadi berkat dan memberi kemenangan bagi jemaat bila sudah menyampaikan khotbah dari janji Tuhan tentang berkat. Selain itu ia juga dapat menuai keuntungan bila jemaat merasa diberkati oleh khotbahnya, lalu kemudian berlomba-lomba memberi persembahan, maka hasilnya akan mempergemuk rekeningnya.

       Sedangkan bagi jemaat sendiri mereka menyambut dengan sangat antusias dan penuh semangat, karena si pengkhotbah telah berhasil meyakinkan mereka bahwa janji Tuhan pasti akan digenapi, bahwa setiap orang percaya hidupnya pasti akan diberkati sampai berkelimpahan.

       Muncul pertanyaan sederhana, mengapa pada umumnya jemaat merasa begitu senang menerima khotbah tentang berkat?

       Jawabannya sederhana pula, karena secara psikologis khotbah tentang berkat itu seakan memberi pengharapan baru bagi jemaat.

       Secara psikologis bahkan untuk orang-orang yang sudah kaya mereka juga ingin diberkati menjadi lebih kaya lagi. Sedangkan bagi orang-orang yang terpuruk dan susah, begitu mereka mendengar janji berkat Tuhan, mereka seperti melihat pengharapan baru. Jadi itulah alasan mengapa kemudian mereka menerima doktrin kemakmuran tersebut dengan antusias dan penuh harapan.

       Sekali lagi, karena secara psikologis, banyak jemaat yang sudah cukup lama merasa bosan hidup susah, mereka bosan menderita, mereka bosan kekurangan, mereka bosan dibelit hutang, mereka bosan menghadapi kesulitan yang datang silih berganti. Kebanyakan dari jemaat sudah merasa kepayahan memikul berbagai rasa bosan karena persoalan ini dan itu yang menindih hidup mereka. Maka ketika datang angin sorga berhembus melalui janji-janji berkat Tuhan yang ditiupkan oleh para pengkhotbah, mereka mulai merasa terhibur dan berharap.

       Tapi entah sampai kapan jemaat terus berharap untuk bisa menikmati kemakmuran, sedangkan sementara itu ketimpangan terlihat semakin mencolok antara kehidupan sang pemimpin dan kehidupan jemaat.

       Sementara jemaat masih berkutat dengan keadaan yang ruwet, tapi sang pemimpin semakin mencuat bak meteor berkilauan dalam gemerlap singgasananya yang mewah. Dan tidak jarang dari mulutnya terdengar gaung pernyataan yang menggetarkan hati jemaat, bahwa; “begitulah hidup orang yang berkenan di mata Tuhan, hidupnya diberkati sampai berkelimpahan.”

       Ah, siapakah manusia yang tidak silau dan tidak ingin menikmati keadaan seperti itu, hidup mewah berkelimpahan, dihormati dan diagung-agungkan?

       Itulah realita kehidupan, bahkan sekalipun bagi seseorang yang hidup dalam ruang lingkup kerohanian, siapa pun orangnya jika tidak berhati-hati, akhirnya akan silau dan memilih untuk bersukaria dalam kemewahan. Gereja sebagai lembaga kerohanian bisa berubah menjadi lembaga keduniawian.

       Kehendak Tuhan, mestinya gereja dijadikan sebagai suatu sarana bagi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, tetapi bagi para pemimpin tidak jarang gereja malah dijadikan sebagai sarana untuk membangun kerajaan-kerajaan kecil bagi kepentingan-kepentingan pribadinya, keluarganya, dan orang-orang disekelilingnya.

       Jadi anda jangan heran bila melihat gereja-gereja terlihat seperti kerajaan-kerajaan kecil dengan keberadaan masing-masing pemimpinnya.

BAB 2


PETRUS BAPAK GEREJA YANG PERTAMA

        Berbicara tentang gereja, sebaiknya marilah dimulai dari; Siapakah bapak gereja yang pertama?

       Bapak gereja yang pertama, dialah Simon yang disebut Petrus.

       Hal ini dapat kita ketahui dari ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” (Mat 16:13-14).

       Berawal dari pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Maka para murid serempak menjawab secara bersama-sama yaitu seperti menurut “kata orang” siapakah Yesus itu.

       Kemudian Yesus ingin mengetahui siapakah diri-Nya menurut kata murid-murid-Nya secara pribadi. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” (Mat 16:15-16).

       Ketika Yesus bertanya yang bukan lagi menurut apa kata orang, tetapi menurut apa kata murid-murid-Nya secara pribadi tentang siapakah Yesus itu, maka sementara murid-murid yang lain masih terdiam, Petrus menjawab dengan mantap: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”

       Oleh karena pernyataan pengakuan Petrus yang luar biasa itu, sebab orang-orang menganggap Yesus hanya sebagai nabi yaitu sebagai manusia, tetapi justru Petrus dapat melihat keilahian Yesus, yaitu sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Maka Yesus pun memuji Petrus sebagai manusia yang berbahagia, walaupun sebenarnya pernyataan pengakuan Petrus itu bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan karena karunia dari Bapa yang menaruh pernyataan pengakuannya itu di dalam hatinya untuk kemudian diucapkan oleh mulutnya.

       Oleh karena pengakuannya, Petrus diangkat oleh Yesus, ia mendapat hak istimewa, dipromosikan dan dikukuhkan menjadi bapak gereja yang pertama, karena melalui hidup Petrus sebagai batu karang, jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan menguasainya. Selain itu Petrus juga menerima hak yang luar biasa yaitu menerima kunci Kerajaan Sorga. Apa yang diikat olehnya di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang dilepaskannya di bumi akan terlepas di sorga.

       Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
       Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kau-ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Mat 16:17-19.

       Apa yang dikatakan Yesus kepada Petrus hal itu kemudian terbukti. Di atas kehidupan Petrus, mulailah jemaat Tuhan dibangun. Hal itu terjadi ketika peristiwa Pentakosta, melalui khotbah Petrus mulailah jemaat Tuhan dibangun di atas batu karang dan alam maut tidak menguasainya.

       Melalui khotbahnya pada waktu Pentakosta kira-kira tiga ribu jiwa menjadi percaya dan dibaptis. (Kis 2:41).

       Kemudian berikutnya setelah itu; melalui khotbahnya di Serambi Salomo, jumlah orang yang menjadi percaya semakin bertambah menjadi kira-kira lima ribu orang laki-laki. (Kis 4:4).

       Petrus yang telah diteguhkan oleh Yesus sebagai batu karang yang di atasnya jemaat Tuhan dibangun adalah Petrus yang baru yang dipenuhi oleh Roh Kudus. Dalam setiap gerak langkah hidupnya selalu ada kuasa yang menyertai. Bahkan, hanya lewat bayangannya saja orang sakit dapat disembuhkan!

       Bahkan mereka membawa orang sakit keluar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka. Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan. Kis 5:15-16. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).

       Sungguh sulit dibayangkan betapa hebat kuasa Tuhan yang bekerja melalui kehidupan Petrus. Begitu luar biasa, bukan saja orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat semua disembuhkan, tetapi ada peristiwa lain yang ajaib, yang dialami oleh Petrus dan rasul-rasul yang lain.

       Karena iri, Imam Besar dan pengikut-pengikutnya akhirnya menangkap Petrus dan rasul-rasul yang lain, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. Kemudian peristiwa ajaib ini terjadi, pada waktu tengah malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka keluar serta berpesan agar mereka pergi dan berdiri di Bait Allah sambil memberitakan seluruh firman hidup itu kepada orang banyak.

       Mereka taat dan melakukan pesan malaikat itu.

       Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama untuk berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara. (Karena mereka menyangka rasul-rasul itu masih terkurung di dalam penjara).

       Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan melapor memberitahukan, katanya: Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya dan semua pengawal di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorang pun yang kami temukan di dalamnya.” (Kis 5:17-23).

       Wow ajaib bukan, tadinya malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan membawa Petrus dan rasul-rasul yang lain keluar. Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara mereka mendapati penjara terkunci dengan sangat rapinya, artinya pintu penjara tetap dalam keadaan tertutup rapat sedangkan para rasul sudah tidak berada di tempat yaitu di dalam penjara. Apalagi semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu penjara, mereka berjaga dengan disiplin. Jadi bagaimana mungkin menurut logika rasul-rasul itu dapat ke luar dari penjara?

       Inilah yang disebut keajaiban, berarti bisa saja Petrus dan rasul-rasul yang lain bersama seorang malaikat Tuhan, mereka berbondong-bondong berjalan melewati jeruji pintu penjara dan melewati para pengawal yang berjaga di muka pintu, tanpa terlihat! Itulah keajaiban!

       Sebab tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. (Luk 1:37).

       Dan bukan saja tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, tetapi juga tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! (Mrk 9:23).

       Keajaiban ialah sesuatu yang tidak mungkin bagi manusia, tetapi apa yang tidak mungkin bagi manusia tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, dan bagi orang yang percaya!

       Termasuk ketika Petrus membangkitkan Tabita atau yang juga dipanggil Dorkas dari kematian. Akibat sakit yang dideritanya akhirnya Tabita meninggal. Petrus yang pada waktu itu berada di Lida diberitahu dan datang ke Yope di kota tempat Tabita meninggal. Kemudian sesampainya ia di sana, Tabita dibangkitkan dari kematian, Tabita hidup kembali! (Kis 9:36-43).

       Promosi yang diperoleh Petrus dari Yesus dilengkapi dengan kasih, kuasa, dan keajaiban sehingga mengukuhkan Petrus dalam integritas atau ketulusan dalam pelayanannya. Itu semua diperolehnya akibat dari buah pengakuan imannya tentang siapakah Yesus itu, yang kemudian berakibat pula kasih, kuasa, dan keajaiban Tuhan Yesus bekerja secara nyata melimpah melalui hidup Petrus.

       Akan tetapi, yang sebenarnya terjadi setelah pengakuan Petrus itu; s e b e l u m  kasih, kuasa, dan keajaiban benar-benar bekerja melalui kehidupan Petrus;

       Inilah yang sebenarnya terjadi:

       Setelah Petrus diangkat dipromosikan dan diberi hak istimewa oleh Yesus, ada satu peristiwa yang berkaitan begitu dekat dengan peristiwa pengakuan Petrus karena peristiwa tersebut terjadi di dalam pasal yang sama di ayat selanjutnya, yaitu ketika Yesus untuk pertama kalinya memberitahukan tentang penderitaan-Nya kepada murid-murid-Nya, lalu Ia dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Kemudian Petrus spontan bereaksi menarik Yesus ke samping dan dengan berani menegor Dia sekaligus menolak perkataan-Nya.

       Mari kita baca peristiwa tersebut seutuhnya di Bab berikutnya agar kita tahu dengan jelas apa yang sesungguhnya terjadi dan belajar untuk mengetahui: Siapakah pribadi Petrus sebenarnya?

BAB 3


SIAPAKAH PRIBADI PETRUS SEBENARNYA?

        Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
       Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: :Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
       Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Mat 16:21-23.

       Itulah sebenarnya peristiwa yang terjadi setelah pengakuan Petrus.

       Memang benar setelah pengakuannya, Petrus diangkat dipromosikan dan memperoleh hak istimewa lebih dari pada rasul-rasul yang lain. Memang benar Petrus adalah satu-satunya rasul yang mendapat pernyataan dari Bapa tentang siapakah pribadi Yesus itu. Memang benar Petrus dijadikan sebagai batu karang yang di atasnya jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan menguasainya. Memang benar Petrus diberi kunci Kerajaan Sorga. Memang benar Petrus memiliki otoritas paling tinggi dari semua rasul yang lain karena dia mendapat hak utama; apa yang diikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang dilepas di dunia ini akan terlepas di sorga.

       Semuanya itu memang benar, Petrus memang memiliki semua kelebihan itu dibanding rasul-rasul yang lain. Itulah sebabnya akan sangat beruntung bagi kita bila dapat mengetahui dan dapat belajar, bagaimanakah dan siapakah pribadi Petrus sebenarnya.

       Walaupun Petrus memiliki segala kelebihan yang luar biasa itu, ternyata melalui peristiwa pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus, kita dapat mengetahui bahwa: Petrus hanyalah manusia biasa! Ia tidak lebih dari yang lain, ia dapat melakukan kesalahan, bahkan sebuah kesalahan yang nyaris fatal!

       Tahukah anda kesalahan yang nyaris fatal seperti apakah yang telah dilakukan oleh Petrus?

       Ternyata kesalahan yang nyaris fatal yang dilakukan oleh Petrus itu dimulai dari pikiran, bahwa ternyata:

       Tidak semua apa yang dipikirkan oleh Petrus itu benar!

       Petrus boleh merasa bangga karena setelah pengakuannya itu ia dipuji oleh Yesus sebagai seorang yang berbahagia. Petrus boleh merasa bangga bahwa di atas kehidupannya, jemaat Tuhan dibangun dan alam maut tidak akan menguasainya. Petrus juga boleh merasa bangga karena ia diberi hak istimewa dan otoritas tertinggi untuk memegang kunci Kerajaan Sorga. Dan Petrus pun boleh merasa paling bangga karena ia dipilih untuk kelanjutan maksud penyelamatan umat manusia setelah Yesus terangkat ke sorga.

       Mungkin karena rasa bangga yang begitu besar di dalam hatinya akhirnya membuat Petrus menjadi lengah. Kalau tadinya sebelumnya hati Petrus murni sehingga dengan mudah Bapa menaruh pernyataan-Nya ke dalam hatinya, maka kemudian akibat rasa bangganya yang begitu besar menjadikannya menutup tempat bagi Bapa untuk dapat kembali menaruh pernyataan-Nya ke dalam hati Petrus.

       Sebaliknya, oleh karena rasa bangganya yang begitu besar justru membuka celah bagi Iblis untuk masuk menyelinap ke dalam pikirannya. Jadi ketika Yesus memberitahukan untuk yang pertama kalinya tentang penderitaan-Nya, lalu Ia dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga, Petrus tampil bagaikan seorang pahlawan menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”

       Mungkin sesudah Petrus berkata demikian ia merasa bangga dan yakin bahwa sebentar lagi Yesus akan kembali memujinya seperti sebelumnya ketika ia meyatakan pengakuan tentang siapakah Yesus itu.

       Namun justru Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus dengan perkataan yang hanya pernah dikatakan kepada Iblis tetapi yang sekarang ditujukan kepadanya: “Enyahlah Iblis.”

       Sungguh siapa pun tidak akan menyangka bahwa Yesus dapat berkata: Enyahlah Iblis, kepada Petrus seorang yang baru saja Ia berikan tugas dan tanggung jawab yang sangat besar untuk Kerajaan Sorga!

       Hal ini menunjukkan betapa seriusnya Yesus agar rencana Allah jangan sampai gagal! Dan memang tidak mungkin rencana Allah gagal, yang baru saja gagal adalah Petrus.

       Jika Petrus saja bisa gagal, maka ini menjadi peringatan bagi para pemimipin gereja dan kita semua, berhati-hatilah dan jagalah hati anda, jangan sampai ada celah buat Iblis untuk dapat masuk menyusup ke pikiran anda yang menyebabkan anda gagal. Seperti Petrus dengan kata-kata yang terlihat rohani, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” Kata-kata yang sepertinya hendak membela Yesus, padahal hal itu justru bertentangan dengan rencana Allah.

       Demikian juga dengan “para bapak gereja” yaitu para pemimpin gereja, berhati-hatilah, jangan sampai proyek-proyek rohani yang sepertinya untuk membela kepentingan Tuhan ternyata sudah menyeleweng dan bertentangan dengan rencana Allah!

       Yesus tahu akan hal ini dan segera Ia menyadarkan Petrus dengan perkataan selanjutnya: “Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

       Sekali lagi, tidak semua apa yang dipikirkan oleh Petrus itu benar!

       Penulis yakin, bahwa di antara kita semua tidak ada seorang pun yang berani mengaku lebih besar dan lebih hebat dari pada rasul Petrus. Jika, tidak semua apa yang dipikirkan oleh Petrus itu benar, maka hal ini juga berlaku bagi kita semua yaitu; bahwa tidak semua apa yang kita pikirkan itu benar.

       Ya, tidak semua apa yang anda pikirkan itu benar!

       Berapa banyak di antara pemimpin gereja yang dengan rasa bangga berkata: Karena Tuhan berkenan, maka pelayanan saya berhasil, karena Tuhan berkenan maka gereja yang saya pimpin berkembang, karena Tuhan berkenan maka hidup saya diberkati, karena Tuhan berkenan maka saya bisa memiliki ini dan itu. Dan berbagai rasa kebanggaan yang lain dengan ungkapan: karena Tuhan berkenan. Dengan kata lain, jika Tuhan tidak berkenan maka yang terjadi sebaliknya.

       Konsep pemikiran yang demikian seolah menganggap bahwa Tuhan berkenan itu identik dengan sukses dan materi. Dan konsep pemikiran seperti itulah salah satu bagian dari doktrin kemakmuran.

       Mungkin ada di antara anda yang tidak sependapat dengan penulis mengenai hal itu. Tidak mengapa, karena kita bebas berpendapat mengenai hal apa pun, tapi harap anda bersabar sejenak, nanti dibagian berikutnya akan dijelaskan bagaimana  Alkitab menjawab hal tersebut.

       Bukti bahwa apa yang dipikirkan oleh Petrus tidak semuanya benar kemudian terjadi, hal itu dapat kita lihat ketika sebelum Yesus ditangkap, Ia  terlebih dahulu telah mengingatkan kepada murid-murid-Nya bahwa sebentar lagi mereka semua akan tergoncang imannya, sebab Yesus sebagai gembala akan ditangkap dan dibunuh!

       Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea.
       (Selagi semua murid yang lain diam, lagi-lagi Petrus dengan gagah berani menjawab). Petrus menjawab-Nya: “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.” Mat 26:31-33. (Tulisan dalam kurung tersebut oleh penulis).

       Apa yang diucapkan oleh Petrus dapatlah dinilai sebagai kata-kata iman atau kata-kata yang positif:

       “Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.”

       Tetapi kata-kata iman atau kata-kata yang positif tidaklah selalu mendatangkan kebaikan jika tanpa disertai dengan pengertian yang benar.

       Banyak pemimpin yang juga mengajar kepada jemaat untuk mengucapkan kata-kata iman atau kata-kata yang positif, dan hasilnya banyak orang yang terjerumus dalam kesalahan-kesalahan karena mereka mengucapkan kata-kata iman atau kata-kata yang positif, tetapi tanpa pengertian yang benar. Seperti contoh yang sering diajarkan ke jemaat sebagai kata-kata iman atau kata-kata yang positif berikut ini:

       “Saudara engkau akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun.”

       Kata-kata semacam itulah yang seringkali membuat banyak orang terperosok menjadi tinggi hati dan tidak mau tunduk karena menganggap dirinya sebagai kepala bukan ekor dan berada di atas naik bukan berada di bawah turun.

       Padahal Tuhan Yesus mengajarkan sebaliknya.

       Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Luk 14:11.

       Selain itu Yesus juga mengajarkan sikap yang rendah hati.

       Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Mat 11:29.

       Yesus juga mengajarkan hidup bersahaja sebagai pelayan dan menjadi hamba untuk semuanya.

       Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Mrk 10:43-44.

       Mungkin di antara anda ada yang menyanggah demikian: “Lho, bukankah kata-kata iman atau kata-kata yang positif itu berdasarkan firman Tuhan juga, kenapa dipersoalkan?”

       Tujuan dari buku ini bukan sedang mempersoalkan atau mencari persoalan, tetapi buku ini bertujuan untuk meluruskan hal-hal yang sudah terlanjur menjalar begitu luas di dalam gereja dan jemaat Tuhan. Ajaran yang tidak sehat yang sudah menjalar begitu kuat dan yang sudah tidak lagi disadari bahwa ajaran itu sudah menyimpang dari kebenaran Kristus, karena ajaran tersebut diajarkan tanpa pengertian yang benar.

       Hal itu sama halnya seperti Petrus yang mengucapkan kata-kata iman atau kata-kata yang positif tetapi tanpa pengertian yang benar.

       Seharusnya Petrus memperhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus, sebab apa yang Yesus katakan ialah dengan dasar kebenaran.

       Coba anda perhatikan apa yang tidak diperhatikan oleh Petrus- yaitu dasar kebenaran yang dikatakan oleh Yesus: “Sebab ada tertulis.”

       Itulah dasar kebenaran; seperti yang sudah ada tertulis yang merupakan nubuatan dari Zak 13:7, yang harus digenapi oleh Yesus sesuai dengan nubuatan tersebut. Yesus berkata; Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai berai.

       Penulis berusaha menulis sesuai dengan yang ada tertulis di dalam firman Tuhan, dan penekanannya lebih kepada “penjelasan-penjelasan” dan berusaha menghindari “penafsiran-penafsiran”,- khususnya tulisan pada buku saya yang pertama yaitu, topik tentang: Persepuluhan. Judul buku tersebut adalah:

Persepuluhan
Kemajuan Atau Kemunduran? Kebenaran Atau Kesalahan?

       Bacalah ulasan kebenaran yang mengesankan dari buku tersebut di atas. Anda akan melihat kebenaran nyata yang sebenarnya, yang sesuai seperti yang tertulis dengan sebenarnya di ALKITAB.

       Silahkan anda klik di website saya (gratis):
       persepuluhantaurat.blogspot.com

       Kembali pada topik dari buku yang anda baca sekarang ini, Alkitab adalah firman Tuhan yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dimulai dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu. Semua bagian dari firman Tuhan satu sama lain saling melengkapi dan saling berhubungan, sebaliknya tidak ada bagian yang saling bertentangan.

       Sedangkan kata-kata iman: engkau akan menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, justru bertentangan dengan; barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

       Jadi kalau begitu apakah firman Tuhan itu saling bertentangan? Tentu saja tidak!
                                                                     
       Tetapi kenapa ayat yang disebutkan di atas tadi terlihat saling bertentangan? Inilah hal yang perlu untuk diluruskan!

       Mari kita lihat bagaimana ayat tersebut itu diluruskan sesuai dengan dasar kebenaran.

       Untuk itu simaklah dari mana ayat yang dipakai sebagai ajaran kata-kata iman itu berasal.

       Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia. Ul 28:13.

       Itulah dasar kata-kata iman yang diajarkan, yang ternyata berasal dari perintah hukum Taurat!

       Seharusnya tidak ada yang bertentangan karena sudah jelas, seperti telah saya jelaskan sebelumnya dalam buku saya yang pertama, yaitu topik tentang: “Persepuluhan.” (Anda perlu membacanya agar dapat memahami dengan lebih jelas isi kebenaran yang sebenarnya yang tertulis di Alkitab).

       Di situ ada sebuah ayat yang sangat penting, tetapi ayat tersebut hampir tidak pernah dibahas atau dikhotbahkan di dalam gereja, yaitu sebuah ayat yang diucapkan sendiri oleh Tuhan Yesus. Sekarang penulis paparkan lagi karena ayat ini begitu penting untuk difahami. Demikian bunyi ayat tersebut:

       Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Luk 16:16. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).

       Hukum Taurat dan kitab para nabi (yang adalah isi Kitab Suci dari perjanjian lama ternyata hanya) berlaku sampai kepada zaman Yohanes!

       Bunyi ayat ini sudah sangat jelas dan gamblang, dan harusnya sudah tidak perlu ditafsirkan lagi! Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes (maksudnya Yohanes Pembaptis), dan sesudah itu masuk ke zaman Tuhan Yesus yang berarti sudah tidak berlaku lagi!

       Maka sekarang yang berlaku adalah hukum dari kitab perjanjian baru, yaitu hukum yang telah disempurnakan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi: Hukum Kasih yang biasa disebut; kasih karunia!

       Jadi, apabila ajaran yang salah yaitu tentang kata-kata iman: “engkau akan menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun”, yang adalah berdasar dari hukum Taurat tersebut itu tetap dipaksakan untuk diajarkan, maka Alkitab yang adalah firman Tuhan secara keseluruhan, pasti menjadi saling bertentangan!

       Coba anda perhatikan bagaimana dahulu hukum Taurat dari kitab perjanjian lama itu diterapkan.

       Jangan engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki. Ul 19:21.

       Itulah perintah dan ajaran yang berlaku dalam hukum Taurat dari kitab perjanjian lama.

       Sekarang mari kita lihat apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Hukum Kasih dari kitab perjanjian baru.

       Kamu telah mendengar fiman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Mat 5:38-39.

       Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Mat 5:43-44.

       Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Luk 6:27-28.

       Jadi jelas bukan, bahwa hukum Taurat dan Hukum Kasih memang saling bertentangan?!

       Tetapi sebenarnya firman Tuhan tidak ada yang bertentangan, jika ajaran yang sehat itu diajarkan dengan dasar yang benar yaitu:

       Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes. (Titik!).

       Apalagi, jika kita membaca ayat berikut ini dengan pengertian yang benar, maka penekanan pemahamannya akan menjadi semakin jelas.

       Sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera. Ef 2:15. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).

       Bukankah semakin jelas sekarang bahwa ajaran hukum Taurat sudah tidak berlaku lagi, sebab dengan kematian Yesus sebagai manusia, hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah dibatalkan. Jadi jika hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya telah dibatalkan, kenapa itu harus terus diajarkan? Tentu saja bila itu masih terus diajarkan maka firman Tuhan akan menjadi bertentangan!

       Firman Tuhan adalah kebenaran dan tidak mungkin bertentangan!

       Tapi anda jangan salah faham dulu, sehingga mungkin nanti ada yang berkomentar demikian: “Jika hukum Taurat dan kitab para nabi sudah tidak berlaku, kalau begitu seluruh kitab perjanjian lama dibuang saja karena sudah tidak diperlukan lagi!”

       Tentu saja bukan demikian maksudnya, kalau hal itu dilakukan maka akan menjadi semakin salah kaprah.

       Hendaknya difahami, kitab perjanjian lama yang berisi hukum Taurat dan kitab para nabi, adalah firman Tuhan dan tetap adalah firman Tuhan.

       Tuhan Yesus berkata:

Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Mat 5:17.

       Jelas, Tuhan Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan membatalkan, sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya! Artinya, bagi kita yang percaya kepada Yesus, oleh kematian-Nya di kayu salib, segala kuasa kutuk hukum Taurat telah dibatalkan, inilah penjelasannya:

       Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung di kayu salib!” Gal 3:13. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).

       Jadi jelas pengertiannya, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita. Artinya sudah sangat jelas; bagi kita yang percaya kepada Yesus Kristus sudah tidak ada lagi kutuk hukum Taurat. Asal kita juga sudah tidak melakukan perintah dan ketentuan hukum Taurat!

       Tetapi, hukum Taurat atau kitab para nabi itu masih tetap ada hingga sekarang, karena Tuhan Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.

       Hanya, bagi kita yang percaya kepada Yesus, jangan lagi hidup menurut hukum Taurat atau kitab para nabi, yang bertentangan dengan ajaran dalam hukum kasih!

       Sebab yang perlu diingat, bahwa kitab perjanjian lama yang berisi hukum Taurat dan kitab para nabi, penekanannya ialah bagi setiap orang agar ia dibenarkan, maka ia harus melakukan atau berbuat menurut perintah firman Tuhan! Jadi ukurannya adalah; perbuatan!

       Kalau seseorang perbuatannya melakukan sesuai perintah firman Tuhan maka ia dibenarkan, tetapi jika ia tidak melakukan atau melanggar perintah firman Tuhan maka ia bersalah dan berdosa. Dan terbukti, tidak ada seorang pun yang dibenarkan karena semua orang telah melanggar perintah firman Tuhan sehingga gagal dan jatuh ke dalam dosa! (Rm 3:23, Gal 2:16).

       Kemudian Tuhan menyatakan belas kasihan dan menetapkan rancangan keselamatan bagi umat-Nya yaitu segenap manusia. Karena sebelumnya, melalui para nabi, Tuhan memberikan nubuatan bahwa akan lahir Mesias sebagai Juruselamat, yang kemudian akhirnya digenapi oleh Yesus Kristus.

       Era baru telah datang! Era di mana hukum dan perintah Tuhan dalam perjanjian lama, yang tidak ada seorang pun yang dapat melakukannya, sekarang telah digenapi oleh Yesus Kristus.

       Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Rm 10:4.

       Penggenapannya; bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.

       Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. 1 Kor 15:3.

       Era baru dalam perjanjian baru oleh Yesus Kristus telah datang! Bila menurut perjanjian lama, manusia dibenarkan oleh perbuatannya, seperti ayat di bawah ini;

       Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah Tuhan. Im 18:5.

       Bandingkan Gal 3:12; Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.

       Maka menurut perjanjian baru justru sebaliknya; manusia dibenarkan karena iman!!! Bukan lagi karena perbuatannya, melainkan oleh kasih karunia karena penebusan dalam Kristus Yesus, setiap orang yang percaya telah dibenarkan dengan cuma-cuma!!! Itu bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah!!!

       Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat. Rm 3:28.

       Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Rm 3:24.

       Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah. Ef 2:8.

       Jadi jika demikian bagaimana cara memahami firman Tuhan secara utuh dan benar dalam penerapannya atau untuk melakukannya?

       Telah disinggung sebelumnya, banyak bagian dalam hukum Taurat yang ditulis dalam kitab perjanjian lama, bertentangan dengan ajaran dari kitab perjanjian baru. Demikian juga banyak bagian ajaran dari kitab para nabi yang juga ditulis dalam kitab perjanjian lama,  yang juga bertentangan dengan ajaran dari kitab perjanjian baru.

       Berikut beberapa contoh mengenai hal-hal yang bertentangan dari kitab perjanjian lama, dibandingkan dengan kitab perjanjian baru, yaitu tentang “membalas” dan “mengutuk”.

       Simson membalas kepada orang-orang Filistin.

       Lalu berkatalah Simson kepada mereka: “Jika kamu berbuat demikian, sesungguhnya aku takkan berhenti sebelum aku membalaskannya kepada kamu.” Hak 15:7.

       Yosua dan bangsa Israel membalas dendam kepada musuhnya.

       Maka berhentilah matahari dan bulan pun tidak bergerak, sampai bangsa itu membalaskan dendamnya kepada musuhnya. Bukankah hal itu telah tertulis dalam Kitab Orang Jujur? Matahari tidak bergerak di tengah langit dan lambat-lambat terbenam kira-kira sehari penuh. Yos 10:13.

       Saul membalas dendam terhadap musuhnya sambil mengajak rakyat mengucapkan kutuk.

       Ketika orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya: “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku.” Sebab itu tidak ada seorang pun dari rakyat yang memakan sesuatu. 1 Sam 14:24.

       Daud yang karena merasa dituduh dan difitnah, menjadi tega membalas kepada mereka melalui “doanya” agar Tuhan membalaskan sakit hatinya.

       Ia cinta kepada kutuk- biarlah itu datang kepadanya; ia tidak suka kepada berkat- biarlah itu menjauh dari padanya. Ia memakai kutuk sebagai bajunya- biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang-tulangnya; biarlah itu baginya seperti pakaian yang dikenakannya, sebagai ikat pinggang yang senantiasa dipakainya.
       Biarlah semuanya itu dari pihak Tuhan menjadi upah orang yang mendakwa aku, dan upah orang-orang yang berkata-kata jahat terhadap aku. Mzm 109:17-20. (Sebenarnya masih banyak kata-kata kutukan yang diucapkan oleh Daud, bacalah Mazmur109 seluruhnya maka akan jelas).

       Nabi Elisa mengutuk anak-anak yang mengatainya botak, botak, sehingga akhirnya empat puluh dua anak dicabik-cabik oleh dua ekor beruang!

       Elisa pergi dari sana ke Betel. Dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemoohkan dia serta berseru kepadanya: “Naiklah botak, naiklah botak!”
       Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutukinyalah mereka demi nama Tuhan. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak. 2 Raj 2:23-24.

       Itulah contoh perihal; membalas dan mengutuk, yang dahulu dilakukan pada masa perjanjian lama! Tetapi sekarang pada masa perjanjian baru tidak berlaku demikian!

       Pada masa sekarang dalam perjanjian baru berlaku hukum yang diperbaharui! Hukum dalam kitab perjanjian lama diperbaharui yaitu diperbaharui dalam kitab perjanjian baru; menjadi Hukum Kasih yang disebut kasih karunia. Setiap orang “yang hidup” yang percaya kepada Tuhan Yesus berlaku hukum kasih dan wajib mengikuti teladan Tuhan Yesus.

       Lihatlah bagaimana Tuhan Yesus menerapkan hukum kasih dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (Rm 12:17), walaupun Ia hendak dihukum mati.

       Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 1 Pet 2:23.

       Stefanus mengikuti jejak Tuhan Yesus, ketika ia sedang dilempari dengan batu hingga akhirnya mati, ia tidak membalas, malah berdoa agar dosa ini jangan ditanggungkan kepada mereka yang menganiayanya.

       Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
       Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggalah ia. Kis 7:59-60.

       Mengapa Tuhan Yesus, Stefanus dan kita yang percaya diajar untuk tidak membalas?

       Jawabnya: Pembalasan adalah hak Tuhan.

       Sebab kita mengenal Dia yang berkata: “Pembalasan adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan.” Dan lagi: “Tuhan akan menghakimi umat-Nya.” Ibr 10:30.

       Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Rm 12:19.

       Mengenai mengutuk bagaimana?

       Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus dan mau melakukan firman-Nya, diajar untuk tidak mengutuk.

       Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Luk 6:28.

       Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk! Rm 12:14.

       Bukankah sekarang menjadi semakin jelas mengapa; Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes?

       Karena kalau hukum Taurat dan kitab para nabi masih berlaku, maka Alkitab secara keseluruhan menjadi bertentangan! Sebab banyak bagian dari hukum Taurat dan kitab para nabi dari perjanjian lama, yang bertentangan dengan Hukum Kasih dari perjanjian baru!

       Tetapi kitab perjanjian lama adalah firman Tuhan dan tetap adalah firman Tuhan, jadi bagaimana cara menggunakannya?

       Sederhana, dasar yang digunakan- baik untuk diterapkan dalam kehidupan untuk dilakukan sendiri, maupun dasar untuk mengajar kebenaran firman Tuhan kepada orang lain, hendaknya didahului dengan dasar menggunakan kitab perjanjian baru. Dengan demikian, untuk setiap hal dari perjanjian lama yang bertentangan dengan kitab perjanjian baru, jangan lagi diajarkan karena pasti sudah tidak berlaku. Kecuali, diajarkan hanya untuk memperingatkan, bahwa hal-hal yang bertentangan tersebut sudah tidak berlaku agar tidak dilakukan lagi!

       Berarti bila sudah bertentangan dan sudah tidak berlaku, pasti tidak membawa kepada kebenaran, sebaliknya pasti berakibat membawa pada kesalahan!

       Cara menggunakan kitab perjanjian lama, terlebih dahulu didasari dengan menggunakan kitab perjanjian baru. Dan apabila ada bagian dari kitab perjanjian baru yang berkaitan dengan bagian dari kitab perjanjian lama, maka bisa digunakan sebagai referensi, sebagai penguat dari dasar yang diajarkan.

       Untuk bagian yang bertentangan, mengapa hal itu bisa bertentangan? Hal tersebut bisa dijelaskan kepada mereka yang sedang diajar melalui penjelasaan sesuai dengan Luk 16:16;

       Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes.

       Ingatlah betapa jelasnya penjelasan rasul Paulus perihal; hukum Taurat yang bertentangan, berseberangan, yang tegasnya adalah: hukum Taurat berlawanan dengan kasih karunia!

       Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus. Gal 2:21.

       Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Gal 5:4.

       Juga ajaran Tuhan Yesus yang “mematahkan” hukum Taurat dan kitab para nabi tentang: “membalas dan mengutuk” menjadi tidak berlaku lagi!

       Tetapi kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Luk 6:27-28.

       Dengan menggunakan cara demikian; yaitu, hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes, maka pastilah tidak ada bagian dari firman Tuhan yang saling bertentangan!

       Tetapi jika para pemimpin masih bersikeras dengan menggunakan paradigma yang lama dan terus mengajarkan dengan tanpa pengertian yang benar, maka pasti firman Tuhan akan saling bertentangan, karena dasar yang diajarkan salah, sebab apa yang diajarkan itu tanpa pengertian yang benar!

       Apa yang terjadi sekarang ini tampak dengan begitu jelas membuktikan, bahwa ajaran yang salah ini memang sudah menjalar begitu kuat di dalam gereja dan di dalam kehidupan orang-orang percaya. Bahkan justru terlihat sangat mencolok kepada mereka yang menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan, mereka tampil benar-benar menjadi “kepala dan bukan ekor”, mereka tampil benar-benar berada “di atas naik dan bukan di bawah turun”. Mereka tampil dengan sikap yang penuh kebanggaan, bahkan tidak jarang terlihat sangat arogan! Hal ini membuktikan bahwa cara memahami kitab perjanjian lama itu benar-benar tanpa pengertian yang benar!

       Lihatlah bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan; bukan saja supaya kita menjadi rendah hati, tetapi bagi mereka yang mau menjadi hamba; bersikaplah sebagai “hamba yang tidak berguna!”

       Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan. Luk 17:10.

       Hendaknya paradigma yang lama kita buang, dan marilah kita memakai paradigma yang baru.

       Oleh karena Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua. Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya. Ibr 8:13. (Penekanan pada huruf dalam ayat tersebut oleh penulis).

       Bukankah yang pertama, yaitu kitab perjanjian lama, sebagai perjanjian yang telah menjadi tua? Dan apa yang telah menjadi tua dan usang, telah dekat kepada kemusnahannya.

       Bukankah hukum Taurat dan kitab para nabi hanya berlaku sampai kepada zaman Yohanes?

       Yesus tahu bahwa jawaban Petrus salah karena tanpa pengertian yang benar, lalu Ia hendak mengingatkan kembali dengan berkata kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Mat 26:34).

       Maksud Yesus bertujuan menyadarkan Petrus, tetapi rupanya Petrus tetap bersikukuh dengan pengertiannya yang salah, bahkan semakin nekat saja sambil menyatakan berani mati bersama Yesus dan takkan menyangkal Dia.

       Kata Petrus kepada-Nya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” Semua murid yang lain pun berkata demikian juga. Mat 26:35.

       Betapa ngototnya Petrus mempertahankan kesalahannya sehingga menimbulkan akibat terjadinya kesalahan-kesalahan yang lain.